Kamis, 03 Juli 2008

Wafatnya Mahasiswa Unas Maftuh Fauzi

Wawancara Khusus M Ridha Saleh Wakil Ketua Komnas HAM

Seputar Pengungkapan Meninggalnya Mahasiswa Unas

Saya Dengar, Dia Meninggal Karena Infeksi

Meninggalnya Maftuh Fauzi, mahasiwa Universitas Nasional (Unas) menyisakan misteri. Pihak Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, mengatakan, Maftuh meninggal karena HIV/AIDS. Sedangkan rekan-rekan Maftuh mengatakan, mahasiswa angkatan 2003 itu meninggal karena pembuluh otak belakangnya pecah menyusul penyerbuan polisi ke kampus Unas saat demo anti kenaikan harga BBM, 24 Mei lalu.
Maftuh meninggal setelah menjalani pemeriksaan intensif selama tiga hari. Mahasiswa asal Kebumen, Jawa Tengah, ini adalah salah satu mahasiswa yang menjadi korban insiden penyerbuan kampus Unas oleh polisi.
Rekan-rekan Maftuh kemarin mendatangi Komnas HAM menuntut dilakukan pengungkapan secara adil kasus penyerbuan ke kampus Unas. "Mereka meminta adanya tim otopsi independen bagi korban, dan juga minta agar Komnas Ham meminta medical record saat Maftuh Fauzi diperiksa di rumah sakit UKI," kata Wakil Ketua Komnas HAM, M Ridha Saleh saat menerima rombongan mahasiswa di Komnas HAM, kemarin.
Berikut wawancara Rakyat Merdeka dengan Ridha Saleh:

Komnas Ham akan memanggil pihak RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina) terkait dengan meninggalnya Maftuh Fauzi. Benar?
Ya. Ini bagian dari tambahan penyelidikan. Kita berharap akan bisa memintai keterangan dari semua pihak.

Siapa saja yang akan dimintai keterangan?
Karena ini (meninggalnya Maftuh Fauzi) bagian dari rangkaian insiden Unas, maka, sebagian besar rumah sakit yang merawatnya akan dimintai keterangan.

Kapan mereka dipanggil?
Penyelidikannya masih berjalan, kami sudah rapat membicarakan persoalan ini tadi siang (kemarin).

Apa yang diharapkan dari pemeriksaan tersebut?
Yang pertama, tergantung dari otopsinya, karena itu penting sekali, dan itu juga tergantung dari keputusan keluarga.
Kemudian kita akan lihat apakah ada kaitannya dengan insiden kerusuhan di Unas, sebab mahasiswa ini salah satu korban dari 30 mahasiswa yang ditahan. Insiden Unas akan segera kami bawa ke paripurna akhir bulan ini. Secepatnya akan diumumkan.

Menurut Anda, Maftuh meninggal karena Infeksi pukulan atau karena AIDS?
Saya mendengar dari pihak Universitas bahwa dia sakit karena infeksi, bukan karena AIDS. Jadi, kita berharap betul-betul memberikan penjelasan yang baik sesuai dengan apa yang terjadi pada korban, karena masalah ini bukan masalah insindentil biasa, tapi bagian dari masalah kemanusiaan.

Ada tudingan dan dugaan bahwa pihak rektorat bersama kepolisian menekan keluarga Maftuh. Pendapat Anda?
Yang jelas insiden ini kami sesalkan. Kalau seandainya pihak rektorat dan kepolisian menekan keluarga untuk menghalangi korban agar tidak diotopsi, saya kira mereka itu bagian dari pihak-pihak yang sedang menghalangi penegakan hak azasi manusia. Karena, meninggalnya Maftuh tidak bisa dilepaskan dari rangkaian peristiwa kerusuhan di Unas waktu itu.

Apa yang akan segera dilakukan Komnas HAM?
Kami kirim tim ke sana, ada rencana almarhum akan diotopsi di kediamannya di Kebumen, Jawa Tengah. Semua ini tergantung keputusan keluarga.

Sebagian mahasiswa meragukan hasil otopsi?
Makanya, tim kita kan sedang ke sana, jadi akan kita lihat nanti, termasuk ada usulan agar dilakukan otopsi independen dari dokter-dokter yang lebih ahli di bidang ini. Ini sedang kita bicarakan.

Anda punya saran kepada pihak-pihak terkait atas kasus ini?
Kepada semua pihak, kalau menginginkan kasus ini diselesaikan dan diungkap kebenarannya, sebaiknya mendukung upaya-upaya pembuktian apakah benar korban meninggal karena infeksi pemukulan atau tidak. Jadi, jangan dihalangi, kita dorong saja agar transparan dalam rangka memperbaiki sistem kita dan membenahi perilaku kepolisian.