Jumat, 30 April 2010

Shally, nama yg biasa saya sapa. Seorang teman perempuan Indonesia yang sedang kuliah S2 (Ilmu Fsikologi) di Jerman. Ia berharap, 2010 ini bisa lulus dg hasil yg memuaskan. Tak hanya itu, perempuan berkerudung itu bertekad tidak pulang ke Indonesia sebelum berhasil memboyong gelar S3nya...(Betah juga teman saya tinggal disana yah...)

Suatu ketika, saya pernah melihat beberapa tulisannya, dan wah luar biasa...."Shall kayanya lu bakal jadi calon Novelis terkenal," mendengar itu, Shally hanya tersenyum.
Setelah beberapa kali saya lihat tulisannya, sayapun memintanya u membuat sebuah tulisan.
Kemudian, iapun menulisnya.....
Dan inilah sepenggal tulisan itu.... di tulis langsung dari Eurfrut Germany sana......

------------------------------------

Saat kecil Naura sering bermimpi melihat malaikat. Mereka berpakaian serba putih dan bisa melayang di awan. Tubuhnya hampir seperti manusia tapi keindahannya tiada tara. Mereka kuat, cerdas dan sangat menyenangkan bagi setiap yang memandang. Dari kecil hingga beberapa hari yang lalu demikian definisi Naura tentang malaikat.

Beberapa hari yang lalu. Jika mengingatnya Naura tersenyum malu pada diri sendiri. Mereka hanya bertemu sesaat, bertukar pendapat tentang beberapa hal dan berpisah. Hanya itu. Tidak ada kata mesra atau kejadian-kejadian mendebarkan lainnya yang pernah ia alami bersama pria-pria sebelumnya. Namun bagi Naura saat-saat bersamanya adalah saat terindah dalam hidupnya. Mereka bercerita tentang banyak hal, mulai dari tentang kicauan burung hingga tentang hidup dan manusia. Semuanya indah dan bermakna. Naura bahkan masih ingat semua yang diucapkan pria itu padanya. Kata demi kata. Berkenalan, berbincang dan berpisah. Naura masih tidak mengerti mengapa dia masih memikirkan pria itu. Padahal mungkin saja pria itu tidak lagi mengenalnya jika mereka bertemu kembali.

Dia bukan malaikat, kembali Naura berkata pada dirinya sendiri. Tapi bagian lain dari dirinya menjawab pelan: ‘Mungkin saja ia malaikat itu, kau hanya perlu melihat dengan mata yang lebih jernih’. Naura mendesah pendek lalu kembali membayangkan awal pertemuan mereka.

Pria itu memang tidak memakai baju serba putih seperti dalam mimpi Naura kecil. Kulit tubuhnya pun sedikit gelap. Yah tidak segelap beberapa temannya yang berasal dari Afrika sih, tapi juga tidak seputih George dan Michael, dua pria yang pernah mengisi hari-harinya. Naura malah berpikir warna kulitnya yang sawo matang itu jauh lebih terang daripada kulit pria itu.

Bukan, dia bukan malaikat. Malaikat bisa terbang, mereka punya sayap yang besar dan indah. Bulu-bulu sayapnya sangat lembut namun juga kuat. Mereka dapat mengajak Naura terbang ke bulan lalu atau sekedar bercengkrama dengan bintang. Malaikat itu makhluk yang kuat. Mereka dapat melawan naga dan mengusir pasukan iblis. Mereka sangat cerdas sehingga kata-kata mereka lebih bermakna daripada ribuan puisi cinta sufi. Bersama mereka Naura akan dapat merasakan indahnya samudera ilmu dan mungkin saja tenggelam dalam lautan kata seindah surga. Ya, surga, tempat mereka berasal. Tempat yang ingin sekali dikunjungi Naura walaupun ia tidak yakin ia akan mampu melihatnya. Menurut Pak Soleh guru mengajinya dahulu surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang suci. Surga itu diciptakan hanya untuk pecinta-pecinta Tuhan. Mengingat semua hal yang ia lakukan selama ini Naura tidak yakin ia mencintai Tuhan. Walaupun dia tahu pasti kalau Tuhan sangat mencintainya.

Dia bukan malaikat. Kembali Naura meyakinkan diri sendiri. Tapi sekali lagi bagian dirinya yang lain protes dan berkata: ‚Terbang bukan berarti melayang di udara, kuat bukan berarti harus menang melawan naga, cerdas bukan berarti dapat beradu mulut dengan siapa saja dan menyenangkan bukan berarti memiliki wajah tampan rupawan‘. Kali ini Naura merasa kalah. Ia harus mengakui kalau kata-kata itu benar. Lalu pikirannya yang lelah dan kalah berkata pada diri sendiri: ‚Dia mungkin malaikat‘ Namun karena itu Naura harus melupakannya. Malaikat akan selalu menjadi bagian dari surga dan Naura yakin ia tidak pantas berada di sana.